Beranda | Artikel
Kiat Memperbarui Keimanan: Mengenal Nama Allah yang Terindah dan Sifat-Nya yang Termulia
9 jam lalu

Keimanan adalah pondasi utama dalam kehidupan seorang muslim. Tanpa iman, seluruh amal kebaikan tidak ada harganya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Namun, iman bukanlah sesuatu yang tetap dan abadi dalam satu kondisi saja. Ia bisa naik dengan ketaatan dan bisa turun dengan kemaksiatan. Oleh karenanya, setiap muslim wajib berusaha memperbarui dan memperkuat keimanannya agar tetap hidup dan kokoh di dalam hatinya.

Salah satu cara paling agung untuk memperbarui keimanan adalah dengan mengenal Allah Jalla Jalaluh melalui nama-nama-Nya yang terindah (al-asma’ al-husna) dan sifat-sifat-Nya yang sempurna (ash-shifat al-‘ulya’). Semakin dalam seorang hamba mengenal Rabbnya, semakin besar pula rasa cinta, takut, harap, dan pengagungannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Semua itu merupakan inti dan pokok dari keimanan itu sendiri.

Makna al-asma’ al-husna dan ash-shifat al-‘ulya’

Secara bahasa, al-asma’ al-husna berarti “nama-nama yang paling indah”. Sedangkan secara istilah, ia mencakup seluruh nama yang digunakan Allah ‘Azza wa Jalla untuk menyebut diri-Nya di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang menunjukkan kesempurnaan, kemuliaan, dan keagungan-Nya.

Ketahuilah, setiap nama Allah yang terindah mengandung makna yang menunjukkan sifat kesempurnaan. Misalnya, nama Ar-Rahman menunjukkan rahmat Allah yang sangat luas, nama Al-‘Alim menunjukkan keluasan dan kesempurnaan ilmu-Nya, dan nama Al-Qadir menunjukkan kekuasaan-Nya yang sangat luas dan tak terbatas.

Adapun ash-shifat al-‘ulya’ adalah sifat-sifat Allah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna, seperti sifat rahmat, ilmu, istiwa, cinta, keadilan, dan sebagainya. Dan tentunya, sifat-sifat tersebut tidak sama atau menyerupai sifat makhluk, karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)

Dengan mengenal dan memahami nama dan sifat-sifat ini, seorang muslim akan semakin memahami kebesaran Allah dan kedekatan-Nya dengan hamba-Nya, sehingga hatinya dipenuhi dengan keimanan yang tulus dan penghambaan yang sejati.

Keutamaan mengenal nama dan sifat Allah

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ أَيًّا مَّا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ

“Katakanlah, ‘Serulah Allah atau serulah Ar-Raḥman. Dengan nama yang mana saja kamu menyeru, Dia mempunyai nama-nama yang paling indah’.” (QS. Al-Isra’: 110)

Dalam ayat ini, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa dan beribadah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang paling indah. Hal ini menunjukkan bahwa mengenal dan mengamalkan nama-nama Allah dalam ibadah merupakan bentuk pengagungan terhadap-Nya.

Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا

“Dan Allah memiliki nama-nama yang paling indah, maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu.” (QS. Al-A‘raf: 180)

Ayat ini mengandung perintah yang jelas untuk mengenal nama-nama Allah, merenungi maknanya, dan menjadikannya sebagai wasilah atau perantara dalam berdoa. Ketika seorang hamba berdoa dengan memahami makna nama-nama tersebut, misalnya berdoa dengan menyebut Ar-Razzaq ketika meminta rezeki, atau Al-Ghafur ketika memohon ampunan, maka hatinya akan semakin yakin akan kebesaran dan kasih sayang Allah. Inilah hakikat keimanan yang sejati.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَة وَتِسْعِينَ اِسْمًا مِائَة إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّة

“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghitungnya (mengetahuinya, memahami maknanya, dan mengamalkannya), niscaya ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 6410 dan Muslim no. 2677)

Yang dimaksud dengan “menghitung” dalam hadis tersebut bukan sekadar menghafal nama-nama Allah semata, namun juga mencakup memahami setiap nama-Nya, baik dari sisi lafaz maupun makna, serta beribadah kepada Allah sesuai dengan kandungan dan tuntutan (konsekuensi) dari nama-nama tersebut. Pemahaman yang benar seperti ini hanya dapat diraih melalui upaya mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. (Lihat Syarh Al-Qawa’idul-Mutsla, hal. 105)

Jadi, mengenal nama-nama Allah bukanlah sebatas menyebutnya di lisan, tetapi menghayatinya di hati dan menerapkannya dalam amal perbuatan. Misalnya, seseorang yang mengenal Allah sebagai Ar-Raqib, dia akan lebih berhati-hati dari perbuatan dosa. Orang yang mengenal Allah sebagai Al-Karim, dia akan yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amal kebaikannya.

Mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah kunci untuk memperbarui dan meningkatkan keimanan. Hal ini karena pengetahuan tentang Allah merupakan inti dari akidah yang lurus. Seseorang tidak akan mencintai Allah dengan benar tanpa mengenal-Nya, dan tidak akan merasa takut kepada-Nya tanpa memahami keagungan dan keadilan-Nya.

Dengan memahami nama-nama Allah, seorang hamba akan mengenal Rabb-nya dengan lebih dekat. Hati yang mengenal Allah akan senantiasa hidup, bergetar ketika mendengar nama-Nya, dan tenang dalam berzikir kepada-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‘d: 28)

Ketahuilah bahwa zikir yang paling agung adalah zikir yang disertai dengan mengenal dan mengagungkan nama-nama Allah. Karena dengan memahami al-asma’ al-husna, seorang hamba tidak hanya menyebut nama-nama Allah dengan lisannya, tetapi juga menghadirkan makna dan keagungan-Nya dalam hati, sehingga zikirnya akan menumbuhkan rasa cinta, takut, dan harap kepada-Nya. Inilah zikir yang benar-benar menghidupkan hati dan menguatkan hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya.

Penutup

Memperbarui keimanan bukanlah tugas yang mudah dan cepat, tetapi ia merupakan tugas yang berat dan sangat panjang hingga akhir hayat. Di antara langkah paling utama dan paling agung untuk memperbarui keimanan adalah dengan mengenal Allah melalui nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang termulia. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa dan beribadah dengan menyebut nama-nama-Nya, serta menjanjikan masuk ke dalam surga bagi siapa saja yang berusaha menghafal dan mengamalkannya.

Maka, seorang muslim hendaknya menjadikan pengetahuannya terhadap al-asma’ al-husna sebagai bagian dari sarana beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla setiap harinya. Dengan memahami maknanya, mengamalkannya dalam kehidupan, dan merenungkannya dalam doa serta zikir, iman akan senantiasa ter-upgrade, hati menjadi lebih tenang, dan hubungan ia dengan Allah semakin dekat.

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk orang-orang yang mengenal-Nya dengan sebenar-benarnya, mencintai-Nya dengan seutuh hati, dan memperoleh kemuliaan untuk melihat wajah-Nya di surga-Nya yang kekal dan abadi.

Semoga bermanfaat, wallahu a’lam bisshawab.

Baca juga: Hierarki dan Dimensi Keimanan

***

Penulis: Chrisna Tri Hartadi

Artikel Muslim.or.id

 

Referensi:

Disarikan dari kitab Tajdidu Al-Iman, karya Syekh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullah, hal. 15.


Artikel asli: https://muslim.or.id/110668-kiat-memperbarui-keimanan.html